Langsung ke konten utama

Postingan

5 ALASAN KAMU HARUS KULIAH DI LUAR NEGERI

  Setiap orang tentu memimpikan untuk berkunjung ke luar negeri, walaupun hanya sekali seumur hidupnya. Mereka ingin melihat dan mengunjungi langsung tempat-tempat menarik dan bersejarah yang ada di berbagai belahan dunia, bertemu dengan orang-orang asing, dan memperluas wawasan terhadap dunia.  Banyak jalan untuk ke luar negeri, salah satunya adalah melalui pendidikan. Kuliah di luar negeri menjadi impian banyak calon mahasiswa. Apalagi, jika itu didapat dengan beasiswa. Hal itu membuat mereka dapat belajar dengan fokus tanpa perlu terlalu pusing memikirkan biaya hidup, karena telah ditanggung oleh pihak pemberi beasiswa. Ada beberapa alasan mengapa kamu harus berkuliah di luar negeri: 1. Kesempatan Belajar Bahasa Asing Untuk dapat berkuliah di luar negeri, pada umumnya harus menguasai bahasa internasional, yaitu bahasa Inggris. Sebagian negara memang ada yang menyertakan kemampuan bahasa negara itu sendiri, tapi bukan menjadi prioritas. Bagi mereka yang tertarik mendalami il...
Postingan terbaru

Ber-MLsafat

"Hikmah itu adalah barang yang hilang milik orang yang beriman. Di mana saja ia menemukannya, maka ambillah." -Rasulullah Saw. diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi  "Kita mempertimbangkan cara menjalani hidup yang terbaik. Pertanyaan apa yang lebih serius daripada ini, bagi seseorang yang berakal sehat?" -Socrates Victory. Defeat. Kita lebih sering mengalami yang disebutkan terakhir, kurasa? Ataukah hanya diriku saja?  Tidak, tidak. Bukan berarti ketika kita sedang matchmaking atau nge-turtle sambil memikirkan penciptaan alam semesta atau jiwa dalam perspektif Plato atau Al-Kindi. Yah, itu memang benar, tapi cobalah langsung menuju cermin. Bola mata yang berputar-putar dan dahi yang semakin mengernyit.  Lantas, bagaimana?  Bagaimana. Ya. Ketika kau berpikit tentang "bagaimana", maka kau sedang berfilsafat. Dan, filsafat juga menyentuh aspek etika. Hati pun diketuk olehnya. Ambil contoh, bagaimana respon yang seharusnya kau lakukan ketika sedang late game dan...

SYEKH ALI AL-JURJAWI, PENDAKWAH ISLAM PERTAMA DI TOKYO, JEPANG

 "Dengan cara ini, kami memahamkan orang-orang Jepang tentang Islam. Mereka mulai masuk Islam dalam jumlah besar seraya memuji ajaran-ajarannya. Semakin kami menambah pengetahuan mereka tentang Islam, semakin banyak orang-orang yang masuk Islam, hingga reputasi organisasi kami menyebar di kota secara menakjubkan. Kami mendengar pujian terhadap Islam yang dilontarkan orang-orang yang menganut Islam, karena Islam menunjukkan mereka pada Ilah Yang Mahabenar, dan mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya" (Dinukil dari Ar-Rihlah Al-Yabaniyyah, karya Syekh Ali Al-Jurjawi) (Syekh Ali Al-Jurjawi) Nama lengkap beliau adalah Ali bin Ahmad bin Ali Al-Jurjawi (w. 1380 H/1961 M). Beliau adalah seorang ulama Al-Azhar yang juga merupakan seorang pengacara di Mahkamah Syar'iyah Kairo. Syekh Ali Al-Jurjawi adalah pengarang kitab Hikmah At-Tasyri' wa Falsafatuhu yang banyak dikaji dalam kajian hukum Islam. Syekh Ali Al-Jurjawi lahir dan tumbuh besar di Qur’an, salah satu des...

PROFIL RINGKAS ABUYA AS-SAYYID MUHAMMAD BIN ALAWI AL-MALIKI

  Nama lengkap beliau adalah Sayyid Muhammad bin Alawi bin Abbas bin Abdul Aziz Al-Maliki Al-Hasani. Nasab ini terus bersambung kepada Sayyid Idris Al-Azhari bin Idris Al-Akbar bin Abdillah Al-Kamil bin Hasan Al-Mutsanna bin Hasan As-Sibth bin Ali bin Abi Thalib suami Fathimah Az-Zahra binti Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Beliau dilahirkan pada tahun 1946 M/1365 H di Kota Mekah. Kakek beliau, Sayyid Abbas bin Abdul Aziz Al-Maliki adalah seorang mufti dan qadhi di Mekah, serta ditunjuk pemerintah Kerajaan Saudi Arabia sebagai pengajar dan khatib di Masjidil Haram. Raja Abdul Aziz bin Sa'ud sangat menghormati beliau. Diantara murid beliau adalah Hadratusy Syaikh KH. Hasyim Asy'ari. Ayah beliau, Sayyid Alawi bin Abbas Al-Maliki adalah ulama dan pengajar di Masjidil Haram selama hampir 40 tahun. Beliau adalah ulama pertama yang memberikan ceramah di radio Saudi setelah shalat jum'at dengan kajian "Haditsul Jum'ah". Pangeran Faisal bin Abdul Az...