Langsung ke konten utama

SYEKH ALI AL-JURJAWI, PENDAKWAH ISLAM PERTAMA DI TOKYO, JEPANG

 "Dengan cara ini, kami memahamkan orang-orang Jepang tentang Islam. Mereka mulai masuk Islam dalam jumlah besar seraya memuji ajaran-ajarannya. Semakin kami menambah pengetahuan mereka tentang Islam, semakin banyak orang-orang yang masuk Islam, hingga reputasi organisasi kami menyebar di kota secara menakjubkan. Kami mendengar pujian terhadap Islam yang dilontarkan orang-orang yang menganut Islam, karena Islam menunjukkan mereka pada Ilah Yang Mahabenar, dan mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya"

(Dinukil dari Ar-Rihlah Al-Yabaniyyah, karya Syekh Ali Al-Jurjawi)


(Syekh Ali Al-Jurjawi)

Nama lengkap beliau adalah Ali bin Ahmad bin Ali Al-Jurjawi (w. 1380 H/1961 M). Beliau adalah seorang ulama Al-Azhar yang juga merupakan seorang pengacara di Mahkamah Syar'iyah Kairo. Syekh Ali Al-Jurjawi adalah pengarang kitab Hikmah At-Tasyri' wa Falsafatuhu yang banyak dikaji dalam kajian hukum Islam.

Syekh Ali Al-Jurjawi lahir dan tumbuh besar di Qur’an, salah satu desa yang berada di kawasan Distrik Jurja, Provinsi Suhaj, Mesir pada akhir abad 19. Nama Al-Jurjawi dinisbatkan dengan daerah asalnya, distrik Jurja.

Beliau belajar dasar-dasar baca dan tulis serta menghafal Al-Quran di Kuttab –semacam madrasah di distrik ini. Beliau belajar ilmu-ilmu agama dasar di hadapan sejumlah ulama di daerah ini. Daerah ini memiliki banyak ulama mengingat terdapat lembaga pendidikan keagamaan kuno. Syekh Ali Al-Jurjawi merantau ke Kairo untuk menyempurnakan pendidikan. Di kota ini, beliau belajar di Universitas Al-Azhar Kairo Mesir.

Beliau kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Hukum Syar’i dan lulus dengan memperoleh ijazah. Beliau aktif sebagai pengacara di Mahkamah Syar’iyyah. Selain itu, beliau mendirikan koran Al-Irsyad. Beliau bekerja sebagai kepala organisasi keilmuan Al-Azhar, Jam’iyyah Al-Azhar Al-Ilmiyyah.

Pada tahun 1906 M, beliau berangkat ke Tokyo, Jepang guna menghadiri muktamar perbandingan agama yang diadakan oleh Kekaisaran Jepang. Perdana Menteri Jepang Taro Katsura mengirim surat resmi ke berbagai penjuru dunia untuk mengirimkan ilmuwan, filosof, pakar hukum, dan para pemuka agama untuk menyampaikan ajaran-ajaran agamanya.


(Taro Katsura, salah satu perdana menteri Kekaisaran Jepang Era Kaisar Meiji)

Setelah itu Jepang akan memilih salah satu di antara agama-agama yang cocok untuk dijadikan agama resmi Kekaisaran Jepang. Pengiriman surat resmi tersebut ketika Jepang meraih kemenangan atas Rusia dalam Perang Tsushima pada tahun 1905 M. Mereka menilai keyakinan-keyakinan asli sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan peradaban, kemajuan materi, dan etika yang telah mereka capai.

Syekh Ali Al-Jurjawi yang membaca berita tersebut langsung bergerak cepat menemui para syekh Al-Azhar, mendorong mereka untuk mengikuti muktamar tersebut. Namun, respon yang didapat tak lebih dari hanya sekedar jawaban, "Insya Allah" atau "Ya Rabb, berilah kami kemudahan."

Beliau pun menulis seruan umum di koran pribadinya Al-Irsyad untuk para ulama Al-Azhar agar bergerak cepat sebelum ketinggalan waktu muktamar tersebut.

Beliau melihat tidak ada respon yang aktif dan cepat. Beliau pun memutuskan menjual lima petak sawah-aset terbesarnya guna mendanai biaya-biaya perjalanannya dari Mesir hingga Jepang. Beliau naik kapal dari Alexandria(Mesir), Italia, Aden(Yaman), Bombay(India), Kolombo di Kepulauan Sailan(Srilanka), lalu melanjutkan naik kapal milik sebuah perusahaan Inggris dengan tujuan Singapura, lalu melewati Hongkong, Saigon(Cina), dan sampai di Pelabuhan Yokohama, Jepang.


(Pelabuhan Yokohama, Jepang. Pintu gerbang utama memasuki kota Tokyo)

Saat tiba di pelabuhan, beliau dikejutkan oleh keberadaan ulama dari India, Tunisia, Turkistan, dan Rusia. Mereka semua juga datang dengan perbekalan sendiri. Di sana, mereka mengetahui bahwa Sultan Abdul Hamid II, Khalifah Turki Utsmani, mengirim utusan besar yang diisi ulama Turki, sehingga mereka semua berkumpul dan menjadi sebuah delegasi besar Islam di Tokyo. Khilafah Turki Utsmani adalah salah satu yang juga diundang oleh Kekaisaran Jepang untuk mengikuti muktamar perbandingan agama tersebut.

Namun, muktamar tersebut tidak menghasilkan kesepakatan. Terjadi silang pendapat di antara pimpinan Jepang. Mereka berpendapat semua agama seperti yang disampaikan wakilnya adalah baik. Bahkan, Kaisar Meiji(Meiji Tenno) hampir saja masuk Islam di tangan Syekh Ali Al-Jurjawi, namun ia mengkhawatirkan kursi kekaisarannya setelah rakyat Jepang memprotes muktamar tersebut.


(Kaisar Mikado Mutsuhito atau dikenal dengan Kaisar Meiji (Meiji Tenno). Beliau menjalin hubungan erat dengan Khilafah Turki Utsmani dibawah pimpinan Sultan Abdul Hamid II)

Syekh Ali Al-Jurjawi tidak langsung kembali ke Mesir. Beliau berdakwah menyebarkan Islam di Tokyo. Beliau mendirikan lembaga dakwah Islam. Berkat lembaga ini, tidak kurang dari 12 ribu warga Jepang masuk Islam. Bahkan, Abdul Wadud Syibli mengatakan, "Lelaki ini, jika saja mau bertahan di Jepang, niscaya mayoritas penduduknya akan masuk Islam."

Setelah itu beliau kembali ke Mesir dan mendirikan koran Al-Azhar Al-Ma’mur pada 8 Rabiul Awwal 1325 H/April 1907 H.

Perjalanan dan petualangan Syekh Ali Al-Jurjawi di Jepang dituliskannya dalam sebuah kitab yang dinilai sebagai salah satu kitab perjalanan terbaik abad 20 berjudul Ar-Rihlah Al-Yabaniyyah. Dalam kitab ini, beliau menuturkan kisah-kisah menyenangkan dan berbagai petualangan yang ia alami selama perjalanan dakwahnya ke Jepang.

Di antara karya-karyanya yang terkenal adalah Al-Rihlah Al-Yabaniyyah dan Hikmah Al-Tasyri’ Wa Falsafatuhu.

Rujukan:
1.) Mi'ah min Uzhama'i A'immati Al-Islam Ghayyaru Majra At-Tarikh
2.) https://harakah.id/mengenal-syekh-ali-al-jurjawi-ulama-pengacara-penulis-kitab-hikmatut-tasyri/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PROFIL RINGKAS ABUYA AS-SAYYID MUHAMMAD BIN ALAWI AL-MALIKI

  Nama lengkap beliau adalah Sayyid Muhammad bin Alawi bin Abbas bin Abdul Aziz Al-Maliki Al-Hasani. Nasab ini terus bersambung kepada Sayyid Idris Al-Azhari bin Idris Al-Akbar bin Abdillah Al-Kamil bin Hasan Al-Mutsanna bin Hasan As-Sibth bin Ali bin Abi Thalib suami Fathimah Az-Zahra binti Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Beliau dilahirkan pada tahun 1946 M/1365 H di Kota Mekah. Kakek beliau, Sayyid Abbas bin Abdul Aziz Al-Maliki adalah seorang mufti dan qadhi di Mekah, serta ditunjuk pemerintah Kerajaan Saudi Arabia sebagai pengajar dan khatib di Masjidil Haram. Raja Abdul Aziz bin Sa'ud sangat menghormati beliau. Diantara murid beliau adalah Hadratusy Syaikh KH. Hasyim Asy'ari. Ayah beliau, Sayyid Alawi bin Abbas Al-Maliki adalah ulama dan pengajar di Masjidil Haram selama hampir 40 tahun. Beliau adalah ulama pertama yang memberikan ceramah di radio Saudi setelah shalat jum'at dengan kajian "Haditsul Jum'ah". Pangeran Faisal bin Abdul Az...

Ber-MLsafat

"Hikmah itu adalah barang yang hilang milik orang yang beriman. Di mana saja ia menemukannya, maka ambillah." -Rasulullah Saw. diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi  "Kita mempertimbangkan cara menjalani hidup yang terbaik. Pertanyaan apa yang lebih serius daripada ini, bagi seseorang yang berakal sehat?" -Socrates Victory. Defeat. Kita lebih sering mengalami yang disebutkan terakhir, kurasa? Ataukah hanya diriku saja?  Tidak, tidak. Bukan berarti ketika kita sedang matchmaking atau nge-turtle sambil memikirkan penciptaan alam semesta atau jiwa dalam perspektif Plato atau Al-Kindi. Yah, itu memang benar, tapi cobalah langsung menuju cermin. Bola mata yang berputar-putar dan dahi yang semakin mengernyit.  Lantas, bagaimana?  Bagaimana. Ya. Ketika kau berpikit tentang "bagaimana", maka kau sedang berfilsafat. Dan, filsafat juga menyentuh aspek etika. Hati pun diketuk olehnya. Ambil contoh, bagaimana respon yang seharusnya kau lakukan ketika sedang late game dan...